Keindahan Yang
Bersahabat dengan Manusia
Teori dan Artikel Keindahan
Teori
Estetik kadang-kadang
dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan
(theory of beauty). Kalau definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali
apa keindahan itu, maka teori keindahan menjelaskan bagaimana keindahan itu.
Salah satu persoalan pokok
dari teori keindahan ialah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah
keindahan itu merupakan sesuatu yang ada pada benda indah ataukah hanya
terdapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut? Penjelasan
masalah ini dalam sejarah estetik menimbulkan 2 kelompok teori yang terkenal
sebagai teori obyektif dan teori subyektif tentang keindahan atau estetis.
Kelompok teori obyektif
dianut oleh misalnya Plato, Hegel dan Bernard Bosanquet, sedangkan kelompok
teori subyektif didukung antara lain oleh Henry Home dan Edmund Burke.
Artikel
Kadang pernah terpikir bahwa
dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan membuat kehidupan dibumi ini
menjadi lebih baik. Dengan teknologi seperti internet, orang mampu
berkomunikasi secara global tanpa batasan. Begitu pula kemajuan ilmu
pengetahuan, orang bisa membuat gedung-gedung megah, bangunan yang menjulang
tinggi dan kelap-kelip lampu yang menghiasi malam. Semuanya itu adalah
keindahan yang cukup menarik untuk dirasakan. Tapi apakah keidahan gedung,
bangunan dan keramaian kelap-kelip lampu di malam hari dapat menandingi
keindahan alam?. Alam yang diciptakan Allah berupa gunung, hutan, laut berikut
isinya, dan masih banyak lagi. Ambil contoh hutan, di dalamnya memiliki
berjuta-juta bahkan tidak terhingga atas keindahan dan adanya kehidupan makhluk
hidup yang luar biasa. Keindahan hutan memang lebih indah untuk dinikmati dan
disyukuri. Lalu bagaimana dengan gedung, bangunan pencakar langit sekalipun
apakah mampu menggantikan keindahan alam semesta???.
“Alam memiliki keindahan yang tidak dapat
terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan mengukur
keindahan alam di dunia”
Bagaimanapun canggihnya manusia dalam berkarya,
ternyata belum ada yang bisa menggantikan ciptaan alam semesta. Manusia boleh
bangga dengan hasil ciptaan manusia. Tapi ciptaan manusia berupa gedung,
bangunan pencakar langit hanya sebatas keindahan biasa saja. Semoga manusia
yang berkarya tidak angkuh terhadap hasil karyanya. Manusia yang hidup di bumi
ini pasti akan puas dan senang ketika mengujungi keindahan alam, seperti
gunung, hutan, air terjun, laut dan isinya, pergi ke pulau-pulau yang
menyuguhkan kemolekannya. Pada saat manusia suntuk kemungkinan yang dituju yaitu
keindahan alam bukan keindahan gedung, bangunan pencakar langit dsb. Ini bukti
bahwa manusia tidak terlepas dari keidahan alam yang nota bene adalah
lingkungannya, tempat hidup makhluk hidup. Alam memiliki keindahan yang tidak
dapat terukur. Hingga saat ini pun belum ada manusia yang mampu menilai dan
mengukur keindahan alam di dunia. Jika dipikir lebih jauh, Untuk apa para
wisatawan luar negeri berkunjung ke Indonesia? Misalnya ke pulau dewata (Bali).
Mereka hanya ingin melihat dan merasakan keindahan alam bali dengan pantai yang
indah, pasir putih yang masih elok, dan ombak yang ideal untuk surfing dan yang
paling menarik yaitu menyaksikan sun rise dan sunset. Lalu kenapa mereka tidak
membanggakan kota Jakarta (yang dengan bangga menyatakan sebagai kota megapolitan,
aslinya ‘the big village’) dengan ribuan gedung pencakar langit, hiburan malam
dsb. Jawabnya adalah karena manusia memiliki rasa atas keindahan alam, manusia
adalah bagian dari alam bukan bagian dari gedung yang ‘mencakar’ langit namun
tak sampai dan gedung yang menembus lapisan tanah (basement). Itulah hebatnya
keidahan alam. Ingat!! jangan merusak alam ini. Ada kata di supermarket yang
berbunyi ‘pecah berarti membeli’. Begitu pula jika Merusak keindahan alam
berarti harus membeli harga mahal. Tapi sayang keindahan alam tidak boleh
diperjualbelikan. Karena manusia tidak mampu untuk menciptakan keindahan alam
itu seperti semula. Manusia hanya bisa manambahkan dan menjaganya agar tidak
berubah dari aslinya.
“Untuk apa para wisatawan luar negeri berkunjung
ke Indonesia? Misalnya ke pulau dewata (Bali). Mereka hanya ingin melihat dan
merasakan keindahan alam bali dengan pantai yang indah, pasir putih yang masih
elok, dan ombak yang ideal untuk surfing dan yang paling menarik yaitu
menyaksikan sun rise dan sunset”
Kerusakan Demi Kerusakan Alam
Sayang beribu-ribu sayang. Keindahan alam yang
masih alami harus terpaksa berubah fungsi, rusak dan bahkan sudah tidak ada
lagi. Tidak lain dan tidak bukan adalah Karena ulah dari manusia. Manusia
secara sadar merusak keindahan alam yang masih alamiah. Mereka dengan sengaja
merusak hutan dengan menebangi (Illegal Logging), membunuh satwa-satwa liar
yang tergolong langka, menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau dan bom,
mencemari air laut dengan limbah, sampah dll. Sebenarnya masih banyak jenis
perbuatan yang merusak lingkungan alam. Jika perbuatan merusak ini semakin
menjadi-jadi dan tidak dapat di tanggulangi maka nilai tertinggi dari keindahan
akan segera punah. Manusia akan bingung harus mencari dan menemukan keindahan
alam yang alami.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah
ruah namun seakan tidak pernah peduli untuk menjaga dan melestarikan keaslian
alam. Berdasarkan informasi, hanya terdengar expliotasi dan exploitasi secara
besar-besaran terhadap kekayaan alam. Sehingga muncullah kerusakan demi
kerusakan yang teramat parah. Seperti yang terjadi di pulau papua, akibat
penambangan emas dan timah, di wilayah yang sebelumnya masih indah, kini
tinggal kubangan besar menyerupai bekas jatuhnya meteor. Begitu pula, hutan
hujan tropis di Kalimantan yang telah banyak berubah menjadi hutan sawit dan
aktifitas illegal logging. Dengan berubahnya hutan tropis mengakibatkan
hilangnya habitat satwa liar yang seharusnya di lindungi. Orang utan banyak yang
di tangkapi, dijual dan dibunuh. Lalu bagaimana dengan nasib satwa-satwa
lainya??mungkinkan mereka punah??lalu siapa yang bisa mengembalikan seperti
sedia kala??
Bercermin Pada Film Nim Of Island
Film Nim of island bercerita tentang kehidupan
seorang ilmuan terkenal yang tinggal bersama anakanya bernama Nim. Bapak
(ilmuan) dan Nim tinggal di pulau terpencil yang belum ada seorang pun
mengetahuinya. Mereka tinggal berdua di pulau yang masih indah dengan laut yang
masih biru, hewan-hewan (anjing laut, ikan lumba2, paus, burung, kura2, biawak
kecil yang lucu), gunung dan bukit-bukit. Nim dan ayahnya tinggal di rumah yang
dibuat menyatu dengan pohon besar, bertingkat. Rumahnya menggunakan tenaga
listrik dari tenaga surya. Di rumahnya ada computer dan koneksi internet.
Sehingga mereka masih dapat mengakses informasi secara uptodate. Nim berteman
baik dan akrab dengan burung, anjing laut dan biawak kecil. Mereka selalu
bersama Nim. Siang dan malam mereka bercanda tanpa duka. Meskipun mereka
tinggal di pulau terpencil. Tapi mereka tidak kesepian.
Suatu ketika ada orang asing yang menemui pulau
tempat Nim dan ayahnya berada. Orang asing tersebut naik kapal yang berlogo
sang ‘bajak sawah’ eh bajak laut (mata satu tertutup). Ternyata niat orang
asing tersebut tidak baik, orang asing itu ingin segera mengambil alih pulau
dan menguasainya. Suatu hari sang pembajak laut datang kembali ke pulau itu. Di
pinggir pantai mereka mengelar pesta dan merusak pantai yang indah. Nim dan
rekan-rekannya (anjing laut, burung, biawak kecil lucu) tidak hanya diam.
Mereka mengatur strategi untuk mengusir para pengganggu pulau (bajak laut) dari
pulau. Strategi yang dirancang Nim dan kawan2nya akhirnya berhasil mengusir
para bajak laut dan kliennya yang berpesta pora di pantai. Nim tidak ingin
pulau yang masih indah tersebut diganggu dan di rusak oleh orang lain. Di
samping itu Nim tidak ingin kehilangan kawan2nya (anjing laut, burung, biawak
kecil, kura2, lumba2). Berhasilnya Nim dan kawan2nya mengusir bajak laut jahat
berarti juga berhasil menyelamatkan pulaunya. Nim dan ayahnya serta kawan2nya
yang ada di pulau kembali menjalani hidup dengan tenang dan tanpa gangguan dari
pihak luar. Mereka semua hidup berdampingan dan saling melindungi pulau
kesayangan. Mereka tidak ingin pulaunya di rusak oleh pihak lain. Lalu
bagaimana dengan pulau di Indonesia, bagaimana dengan pantainya, lautnya,
hewan2nya, dan tumbuhan lainnya?. Apakah masih ada yang tersisa???????????. Yah
semoga saja. Semoga kekayaan alam yang tak ternilai harganya itu masih bisa
berharga selamanya.amieeeen.
“Nim berteman baik dan akrab dengan burung,
anjing laut dan biawak kecil. Mereka selalu bersama Nim. Siang dan malam mereka
bercanda tanpa duka. Meskipun mereka tinggal di pulau terpencil. Tapi mereka
tidak kesepian”
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar